Sabtu, 25 Januari 2014

Gulita

Suara telepon berdering dimalam yang sedang marah. Malam kesal karena banyak anak kecil membenci dirinya,banyak yang terus menginginkan siang yang cerah dan ramah untuk bermain sampai tak satu titik gelap pun datang. Malam menutup matanya dan mengusir bintang yang mau berkencan dengan aroma angin malam yang bersatu dengan bau mulut rumput hijau yang menganga ingin disiram. Malam telah memaksa setan setan untuk berdiam diri dikandang,malam tak mau tidurnya terganggu oleh cekikikan kuntilanak sumbang atau teriakan anak-anak nakal yang main jelangkung. Malam benar benar lelah,ia ingin pensiun dan meminta Tuhan menugaskan si Tuan Matahari untuk jaga siaga selama 24 jam. Tentu saja tuan matahari pun menolak,ia pun mengaku telah lelah setiap hari menerangi manusia manusia bejad yang dapat memasang topeng kewibawaan sementara tangannya nakal menggrepe brangkas milik negara.

Lagi,soal suara deringan telepon saat malam hari. Malam merasa terganggu,malam pun meniupkan mulutnya cukup kuat,angin liar menerbangkan mimpi mimpi yang tersembunyi dibawah bantal penuh liur.
"Eh,ada telepon" Nunu menyadari suara deringan telepon diantara suara dengkuran penghuni panti lainnya. Ia segera beranjak dan malam pun kembali tidur nyenyak.

"Hallo" diangkatnya telepon kurang ajar itu. Berdering saat semua penghuni sibuk menenggelamkan diri dalam mimpi diantara tikar belukar yang dingin dan lapisan sarung tipis yang membuat angin malam menembus tulang,mendekap jiwa.

"Benarkah ini panti asuhan salah asuh"? tanya seseorang diseberang telepon sana
"Iya. Ada apa ya bu"? sahut Nunu saat menyadari bahwa yang menelepon adalah seorang ibu
"Mohon,tolong saya" kata si ibu lagi
"Hem,sebentar ini siapa?" sahut Nunu lagi
"Tolong sekarang keluar dulu,sebentar" kata suara ibu itu memohon

Telepon pun segera terputus. Nunu terdiam bingung,siapa perempuan itu? Apa maksudnya menelpon semalam ini?jangan jangan dia penjahat yang bermodus baru dengan meminta tolong pada calon korbannya lalu setelah ia keluar rumah nanti seseorang bertopeng akan segera menghajarnya dan menusuknya sampai mati,lalu membuang jasadnya ke perkebunan sana,dan mengambil semua harta benda dipanti asuhan sementara kawan yang lainnya akan membantai semua anak panti,EH tapi tunggu dulu. Dipanti asuhan ini tak ada satupun benda berharga,semuanya telah habis dijual untuk membayar hutang,

Nunu pun membuang jauh pikiran negatifnya,asal jangan sampai ia buang pula otaknya. Nunu berada didepan pintu,sebelum membukanya Nunu mengintip lewat jendela. Tak ada siapapun,tak ada penjahat bertopeng disana. Segera dibukanya pintu itu,dan ternyata disana ada sebuah kardus yang tertutup tak begitu rapat. Potongan kepala manusia. Nunu segera menduga isi kardus itu,ia melihat ke sekeliling halaman panti,namun tak ada seorang pun disana. Nunu bergerak perlahan,mundur pelan pelan,dan ia baru saja mendengar suara tangisan bayi sesaat setelah akan memutuskan untuk membanting pintu keras-keras.

"Bayi?" sahut Nunu. Malam menyaksikan ketakutan Nunu dan malam pun tertawa. Malam sudah tidak terlalu marah lagi karena melihat adegan Nunu yang ketakutan. Malam pun tersenyuum deg-deg-an. Malam ikut penasaran dengan isi kardus didepan Nunu,bahkan kecolongan. Bintang mengendap endap datang tanpa sepengetahuannya.

Nunu membuka kardus itu perlahan,dan ya. Seorang bayi manusia ada disana. Bayi itu setengah tertidur,bayi itu memakai topi rajutan berwarna biru,dan memakai kaos partai berwarna merah. Alangkah kejamnya ibu yang memakaikan kaos partai pada bayi ini,kaos partai yang ternoda oleh keringat para manusia yang rakus kuasa,bahkan mungkin telah tertular oleh bau ketek para manusia manusia penjilat diluarsana. Bayi itu mulai menangis,sepertinya dia lapar. Ya,Nunu pun merasa lapar sebenarnya. Ia masih ingat nasi yang terakhir ia makan adalah nasi sisa adik adik pantinya tadi pagi. Harus dengan apa Nunu memberi makan bayi ini? bahkan Nunu tak memiliki asi,jangankan asi bahkan kelenjar susu pun Nunu tak pernah punya.

Nunu mendekap bayi itu,memeluknya erat berharap si bayi tak mendadak step dan kejang-kejang karna mencium bau keteknya yang pasca tadi pagi kejar kejaran dipasar karna ketahuan mencopet,tapi ia selamat berkat sebuah gerobak sampah tua yang membangkai disana. Tak lama setelah itu,Nunu menemukan secarik surat terlipat dibawah kardus itu,
"Hem,seperti sinetron saja. Jangan jangan ada kamera yang sedang mengawasi" gumamnya kesal

Diambilnya surat itu lalu dibacanya sambil menggendong si bayi dengan sebelah tangan,

kepada malaikat yang dipilihkan Tuhan,

Bayi mungil yang sedang kau gendong itu adalah permata yang salah alamat.
Tuhan mungkin keliru menitipnya pada rahimku
Ya,Tuhan telah salah alamat
seharusnya Ia tak dilahirkan oleh ibu yang maha hina sepertiku
Kumohon,rawatlah ia.
Sekarang ini aku sedang dalam pengejaran polisi
Seminggu lalu aku baru saja membunuh majikanku
Aku memutilasi majikanku
Aku membuang kepalanya  ke sungai
tangannya ku kubur dibelakang rumah
badannya kupotong tiga lalu kujadikan sup dan kujual pada tetangga
sementara kaki dan jari-jarinya kusebar disolokan kota
Sebentar lagi polisi pasti akan menemukanku
Aku akan dipenjara dan kemungkinan terburuk akan dihukum mati
Oh,iya alasan aku membunuh majikanku adalah,
ia berjanji akan menjaga anak ini bersama,
namun ternyata setelah ia memperkosa dan sampai anak ini lahir kedunia,
sama sekali tak ada rasa belas dan kasih darinya.
Satu lagi,gambar caleg pada kaos partai itu,itu adalah majikanku,alias ayah dari anak itu
Jadi,ku mohon bantu aku menjaga anak itu.
Aku yakin Tuhan memilihmu sebagai penggantiku,
tenang saja,kujamin tak akan ada polisi yang mendatangimu,
aku sudah memutuskan untuk mendatangi Tuhan dengan caraku sendiri
aku tak mau menunggu dihukum mati sebagai terdakwa hina,
aku malas bertele tele dengan proses sidang yang lama
malas juga mendengar makian dan cacian dari istri majikanku
Setelah ini kuputskan untuk terjun bebas dari atas jembatan penyebrangan
Dan mungkin kau bisa melihatku sebagai mayat besok dikoran koran,berdoa saja semoga redaktur koran itu tak mensensor wajahku
sesekali akan kudatangi kau dalam mimpi
 sekali lagi tolong jaga anakku,sampai mati.

Nunu menelan ludahnya. Tiba tiba saja ludahnya terasa seperti kuah indomie basi. Ia merasa sangat merinding Apa yang baru ia baca tadi adalah sebuah wasiat dari calon terpidana mati. Dan sekarang dalam dekapannya seorang anak yatim yang sebentar lagi akan jadi anak piatu sedang tertidur lelap. Nunu meneteskan air mata,bertambah lagi satu orang penghuni panti salah asuh ini. Namun dibalik keharuannya,muncul beban baru yang beranak pinak dibenak Nunu. Bukan,bukan soal bagaimana Nunu akan menghidupi anak ini,Nunu yakin Tuhan tak akan salah alamat saat memberi rejeki,tapi Nunu bingung bagaimana ia akan menjelaskan soal keduaorangtua anak ini kelak,saat ia dewasa.


"Baiklah nak,berdoa saja semoga ayah dan ibumu tak dikirim ke neraka. Akan kunamai kau, Gulita.."

Sementara itu malam menangis mendengar isi suratnya,gerimis pun turun kebumi. Malam menyanyikan lagu tidur untuk bayi malang didekapan Nunu. Malam langsung berkirim pesan pada tuan matahari agar esok bersinar lebih ramah pada panti salah asuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar